Salik dianjurkan untuk melakukan khalwat tiap setahun sekali baik di rumahnya, pondok (zawiyah), atau di tempat lain dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan ikhlas, menyelamatkan manusia lain dari kejelekan sifat-sifat sâlik dan menyelamatkan ajarannya, memperbanyak zikir, membaca Alquran, melanggengkan muraqabah. Lama khalwat minimal 40 hari atau lebih bahkan lebih baik selama hidup.
Hitungan khalwat 40 hari berdasarkan atas hadist Nabi :
مَنْ اَخْلَصَ لِلهِ اَرْبَعِيْنَ صَبَاحًا ظَهَرَتْ يَنَابِعُ الْحِكْمَةِ مِنْ قَلْبِهِ عَلَى لِسَانِهِ “رواه أبو نعيم”
وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلاَثِيْنَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً “الأعراف” ﴿١٤٢﴾ [الاعراف: 162]
- Tata Cara untuk Khalwat 40 Hari :
- Menyelesaikan unsur dunia, mengeluarkan semua kepemilikan terhadap materi dari dalam hati salik;
- Mandi dengan sempurna, menjaga kebersihan pakaian dan tempat khalwat;
- Shalat 2 rakaat;
- Melakukan taubat kepada Allah atas semua dosa-dosa salik;
- Sâlik tidak menyimpan dendam, hasut, hiyanat dalam hatinya;
- Kemudian duduk di tempat khalwat
- Tata Cara Khalwat :
- Wajib melanggengkan wujud;
- Memperbanyak membaca Alquran,
- Zikir لااله إلاالله dengan lisan bagi salik pemula dan zikir tahlil dengan hati tanpa menggerakkan lisan;
- Mempersedikit makan, sedikit demi sedikit;
- Tidak makan dengan lauk pauk yang bernyawa jika mampu;
- Mengurangi (menyedikitkan) tidur;
- Mengurangi (menyedikitkan) bicara;
- Menyepi dari pergaulan dengan manusia;
- Menetapi shalat jama’ah baik dengan cara keluar dari tempat khalwat atau melakukan melakukan jama’ah di tempat khalwat
Urutan maqâm yang harus ditempuh Salik Suhrawardiyah adalah Maqâm Taubat, Maqâm Wira’i, Maqâm Zuhud, Maqâm Sabar, Maqâm Faqr, Maqâm Syukur, Maqâm Khauf, Maqâm Raja’, Maqâm Tawakal, dan Maqâm Ridla.
Hal-hal yang Harus Dilakukan Sâlik Awal dan Sâlik Akhir
- Niat yang ikhlas;
- Bagi salik awal hendaknya mengikuti tarekat syaikh (mursyid) sufi, berahlak seperti ahlaknya, mengikuti pengajiannya karena masuk Tarekat merupakan hijrah bagi salik;
- Seyogyanya salik mengeluarkan seluruh harta benda, kedudukan, jabatan dan pangkat dari dalam hatinya lalu meletakkan pondasinya;
- Sâlik harus mengetahui jiwanya;
- Selalu berniat karena Allah dan melakukan segala sesuatu walaupun itu mubah. Seperti makan, minum, tidur dan lain-lain;
- Hendaknya salik selalu membersihkan hati dari pergerakan, ucapan, bisikan, nafsu ketika beramal, berbicara, dan berahwal;
- Sesuatu yang bermanfaat dan menjadi modal bagi salik adalah diam. Jangan sampai diamnya salik menjadikan pendorong untuk ucapan manusia, sementara hati salik berubah dan berkata macam-macam;
- Hendaknya Sâlik tidak memperhatikan manusia secara berlebihan yang bisa membahayakan hati salik. Sâlik jika berjalan menundukkan pandangan mata, tidak menoleh ke kiri kanan;
- Seyogyanya salik awal tidak berhubungan dengan orang yang cinta dunia;
- Tidak mendengarkan perkataan orang lain yang bisa mempengaruhi hati untuk melakukan taat;
- Sâlik menyibukkan diri dengan shalat, tadharru’, membaca Alquran, berdoa, macam-macam zikir, istighfar, dan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad .
Hal tersebut di atas dibutuhkan dan dibuat pegangan amal oleh salik awal, sementara bagi salik akhir harus memahami, melakukan secara nyata dan bersungguh-sungguh, (‘Awârif al-Ma’ârif, halaman: 507-512).
Tanda-tanda salik awal adalah menemukan manisnya pada sebagian taat dan tidak pada yang lain. Ketika salik awal berzikir maka ruh menjadi bercahaya, dan ketika salik sibuk dengan tuntunan-tuntunan nafsu maka salik terhalang untuk berzikir (tidak bisa berzikir). Kesungguhan hati (shadiq) yang menjadikan salik konsisten (istiqamah) dzahir bathin, menyembah Allah SWT. dengan segenap jiwa, salik tidak terhalang dari Allah SWT., zikir, tidak juga tidur, minum dan makan. Kesungguhan itu menginginkan jiwanya (ikhlas) karena Allah SWT. Sifat kesungguhan hati (shiddiqiyah) lebih dekat dengan keadaan bathin (ahwal) kenabian (‘Awârif al-Ma’ârif, halaman: 513).
Ketentuan Salik Akhir Tarekat Suhrawardiyah:
- Istiqamah dzahir bathin karena Allah ;
- Ruhani salik akhir bersih dari kegelapan nafsu;
- Mengikuti hati;
- Ruhani mereka berhubungan dengan maqâm a’la, api kesenangan menjadi padam, bathin mereka menjadi mabuk karena jelasnya pengetahuan yang diterima hati. Sehingga, akhirat bagi mereka terbuka (inkisyaf);
- Kesenangan terhadap duniawi telah mati, ruhani mereka menjadi cemerlang;
- Ruhnya salik tertarik oleh tarikan-tarikan ilahi (‘Awârif al-Ma’ârif, halaman: 513-517).