Sabilus Salikin (62): Tarekat Sa’diyyah

Pendiri: syaikh Sa’d al-Dîn al-Jabbawi al-Syaibani al-Idrisi al-Hasani

Penyebaran: Syam, Mesir, Turki, Maroko dan lain-lain

Tharîqah ini dinisbatkan kepada syaikh Sa’d al-Dîn al-Jabbawi al-Syaibani al-Idrisi al-Hasani, lahir di makkah al-Mukarromah pada bulan Rojab tahun 460 H, wafat di Syam pada tanggal 9 Dzulhijjah 573 H.

Nasab beliau dari jalur ayah adalah Sa’d al-Dîn bin Yunus Syaibi bin Abdullâh al-Maghroby bin Yunus al-Hasani bin Abi Su’ud Muhammad Thayyib bin Ali Asyarif al-Idrisi al-Hasani al-Jannani bin Muayyadiddin al-Hasani bin Syaiban al-Idrisi al-Hasani bin Abdul Rahman al-Idrisi al-Hasani bin Ali al-Idrisi al-Hasani bin Abdullâh al-Marokisyi al-Idrisi al-Hasani Ibnu Umar al-Idrisi al-Hasani Ibni Idris al-Anwar al-Hasani bin Idris Akbar al-Hasani (Pembuka kota maroko) bin Abdullâh al-Madhzi bin Hasan al-Musyannah bin Sayyidina al-Hasan Assibti As, bin Sayyidina Ali Krw, bin Sayyidina Fatima al-Zahro binti Rasûlullâh Muhammad Saw.

Sedangkan nasab beliau dari jalur ibu adalah Sa’duddin bin Sayyidah Abidah az-zahidah Aisyah binti Ayyub bin Abdul Mukhsin bin Yahya bin Tsabit bin Khazim Ali Abi fawaris bin Mahdi bin Khusain bin Ahmad bin Musa al-Ridha bin Ibrohim al-Murtadha bin Musa al-Kadhim bin Ja’far as-Shodiq bin Muhammad al-Baqir bin al-Imam Zainal Abidin bin Syaidina al-Husain as-Sibthi As, bin Sayyidina Ali Krw, Bin Sayyidah Fatima al-Zahro binti Sayyidina Muhammad al-Rasûl Saw.

Pada usia 7 tahun beliau sudah hafal al-Qur’an dan membacakannya di Masjid al-Haram, kemudian beliau menyempurnakan belajar beberapa ilmu agama (Tafsir, Hadits, Fiqih al-Syafi’i) dari orang tuanya yaitu syaikh Yunus dan beberapa `ulamâ’ yang mukim dan berziarah ke Makkah. Pada awalnya beliau adalah khalifah tharîqah Naqsyabandiyah khâlidiyah, namun setelah bertemu Nabi beliau berpindah ke tharîqah as-Sa’diyah.

Ketika menginjak dewasa orang tuanya mengikutkan Syaikh Sa’duddin untuk ikut berjihad bersama pasukan berkuda menuju negara Syiria di waktu perang salib menuju Baitul Maqdis (Palestina). Di waktu ikut berperang beliau bertemu dan berkumpul dengan teman-teman yang jahat dan mengajak beliau untuk merampok di jalan hingga akhirnya datang pertolongan Allâh Swt sebab barokah do’a orang tuanya yang senantiasa tidak henti-hentinya memohon pada Allâh Swt. agar syaikh Sa’duddin diberi hidayah oleh Allâh Swt atau di ambil nyawanya, maka ditengah perjalanan beliau di anugerahi ilmu mukasyafah sehingga beliau bisa bertemu Rasûlullâh Saw dan disampingnya ada sahabat Abu Bakar al-Shiddiq r.a dan Sayyidina Ali Krw. Ada yang mengatakan beliau bersama sepuluh sahabat yang dijamin masuk syurga. Rasûlullâh Saw. bersabda pada Syaikh Sa’duddin:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ

Maka beliau menjawab Ya, mulai sekarang Wahai Rasûlullâh Saw. Akhirnya beliau menangis dan pingsan, setelah beliau sadar Rasûlullâh Saw. datang lagi dan mengusap dada beliau, dan Rasûlullâh Saw. memerintahkan Sayyidina Ali untuk memberi makan tiga kurma yang telah diludahi Rasûlullâh Saw. Seraya Rasûlullâh Saw. bersabda pada Syaikh Sa’duddin:

“Wahai Sa’duddin ambillah pusaka ini untukmu dan keluargamu setelahmu sampai hari kiamat”

setelah beliau terbangun tetaplah di dalam hati Syaikh Sa’duddin rasa khauf (takut pada Allâh) setelah itu beliau langsung melepas pakaian dan membuang pedang untuk pergi berhidmad kepada orang tuanya dan memasuki dunia Tharîqah (tashawwuf) dan melakukan mujahadah dengan rasa nikmat tanpa kesulitan dan keterpaksaan, sebab barokah Rasûlullâh Saw., sampai akhirnya beliau termasuk Kibaru al-`Arifin (Wali Agung), dan mempunyai banyak Asraru al-Rabbani. Beliau menetap di syam dan mendirikan pesantren serta masjid yang digunakan untuk belajar ilmu dan ma’rifat.

Disamping itu beliau juga seorang mu’alif (pengarang kitab) di antara kitab yang beliau karang adalah kitab al-Futuh, kitab al-Hawatif, kitab al-Akhbar, kitab al-Waqai, kitab al-Aurâd, kitab al-Qashaid wal Mandhumah, kitab al-Ushul: Zâdu al-Fukhul min Ilmi Ushul, al-Risalah al-Saniah, al-Risalah al-Bahiyah, kitab al-Fiqih, Ighatsu al-Malghuf, kitab al-Tashawwuf: I’lamu al-Mu’minin, Tanwir al-Fikri, al-Minna al-Ilahiyyah, Assofakhatu al-Nurâniyyah, Di antara karamah beliau adalah :

  1. Apabila beliau membaiat seseorang murid atau orang yang taubat, maka dia akan terputus dari dosa-dosa besar, dan apabila dia mau melakukan dosa besar maka dia akan mendapati syaikh di depannya.
  2. Pada suatu hari di hutan beliau bertemu seorang penggembala yang sedang memberi minum kambingnya di atas sumur, kemudian Syaikh meminjam timba tersebut namun timba itu terjatuh ke dasar sumur. Setelah peristiwa itu penggembala tersebut melihat Syaikh Sa’duddin dengan wajah murung, namun Syaikh Sa’duddin tersenyum seraya beliau mengatakan sabda Nabi ”Sesungguhnya kebaikan ada padaku dan umatku sampai hari kiamat”. Maka naiklah timba tersebut dari dasar sumur.

Tharîqah ini mempunyai dua sanad yaitu; (1) Wahbi dan (2) Kasbi. Adapun sanad Wahbi itu langsung dari Nabi Muhammad Saw melalui pertemuan beliau dengan Rasûlullâh secara Kasyaf. Adapun sanad Kasbi itu dari syaikh Yunus al-Syaibani al-Makki al-Hasani dari syaikh Abu Bakar al-Nasâji dari Abi al-Qosim al-Durjani dari Abi Utsman al-Maghribi dari Abi ‘Ali al-Katib dari syaikh Ali al-Raudzabaadi dari syaikh Junaidi al-Baghdadi dari Sari al-Saqathi dari Ma’ruf ibn Fairuz al-Karkhi dari Imam ‘Ali al-Rodhi dari Imam Musa al-Kadzîm dari bapaknya yaitu Imam Ja’far al-Shâdiq dari Muhammad al-Baqir dari ‘Ali Zain al-‘Abidin dari Imam Husain al-Sibti dari orang tuanya yaitu Sayyidina Ali ibn Abi Thâlib dari nabi Muhammad Saw.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!