Enam Nasihat dalam Kitab Ayyuhal Walad
Islam memiliki ulama-ulama masyhur. Salah satunya adalah Imam Al-Ghazali. Ia adalah seorang filsuf dan teolog muslim Persia yang dikenal hingga sampai ke belahan dunia barat. Beliau melahirkan karya fenomenal semasa hidupnya, yaitu Ihya’ Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-ilmu Agama).
Khusus di b
Enam Nasihat dalam Kitab Ayyuhal Walad
Islam memiliki ulama-ulama masyhur. Salah satunya adalah Imam Al-Ghazali. Ia adalah seorang filsuf dan teolog muslim Persia yang dikenal hingga sampai ke belahan dunia barat. Beliau melahirkan karya fenomenal semasa hidupnya, yaitu Ihya’ Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-ilmu Agama).
Khusus di bidang pendidikan anak, ulama yang memiliki gelar “Hujjatul Islam” ini menorehkan tinta hitamnya beruntai nasihat yang dikumpulkan menjadi satu kitab kecil yang diberi nama kitab Ayyuhal Walad.
Diceritakan dalam kitab mungil tersebut, seorang murid sedang berguru kepada Imam Al-Ghazali. Darinya, murid itu mendapat banyak hikmah dan banyak pesan tentang bagaimana memiliki sifat dan sikap menjadi sebaik-baik manusia. Kitab ini lebih khusus ditujukan untuk para penuntut ilmu. Tentu banyak nasihat yang disebutkan di dalamnya. Sedikit di antaranya adalah:
Ilmu yang Sia-Sia
Imam Al-Ghazali sangat ‘mewanti-wanti’ muridnya satu ini untuk mampu membedakan mana ilmu yang baik, mana yang buruk. Lebih banyak maslahatnya atau mudharatnya. Al-Ghazali pun mengajarkannya doa yang biasa Rasulullah ucapkan, yaitu
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ
Yang artinya, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari Ilmu yang tidak bermanfaat…”
Meneropong kondisi di zaman ini, ilmu apapun bisa didapatkan dengan mudah berkat kemajuan teknologi. Namun sayang, masih sering ditemui konten-konten digital yang tidak bermutu disebar luas oleh pemiliknya. Tentu sebagai muslim sejati, hendaknya jangan sampai terjebak ataupun memaklumkan ilmu yang tidak ada untungnya di sisi dan Agama Allah SWT.
Memanfaatkan Waktu
Dalam kitab Ayyuhal Walad dituliskan
سهر العيون لغير وجهك ضائع و بكاؤهن لغير قصد باطل
Yang artinya, mata yang begadang pada sesuatu yang sia-sia akan hilang. Dan tangisnya pada sesuatu yang tidak dimaksudkan, batil. Hemat penulis, maksud dari kalimat di atas adalah segala hal akan sia-sia jikalau menghabiskan waktu tanpa ada manfaat di dalamnya.
Selain menghabiskan waktu tiada manfaat itu termasuk orang-orang yang rugi, Imam Al-Ghazali menyebut bahwa hal ini yang memicu marah atau murkanya Allah SWT kepada tiap makhluk-Nya. Pun ketika seorang hamba sudah memasuki usia 40 tahun, tetapi masih suka berleha-leha dan santai pada urusan ibadah, maka Allah sudah menyiapkan tempatnya di neraka kelak. Naudzubillahi min dzalik.
Menerima Nasihat
Imam Al-Ghazali menyebut bahwa segala perbuatan buruk itu disukai oleh para pelaku maksiat, karena sifatnya yang selalu memuaskan hawa nafsu. Hal ini tentu berbanding terbalik dengan karakteristik nasihat. Meluruskan yang salah arah, membenarkan yang batil, dan memperbaiki yang keliru.
Sekarang ini, betapa banyak orang yang dinasihati justru membalas dengan enteng seperti:
“Urusin aja hidup lo! Hidup lo belom bener, kok ngurusin hidup orang lain.”
“Sana siapa?! Sok-sok nasihatin gue.”
Atau “Emang pahala lo udah banyak, ya. Kok suka nasihatin orang lain?”
Mungkin, jika bertemu dengan orang yang memiliki mindset seperti itu, nasihat itu memang sulit bagi pelaku maksiat karena hatinya yang terlampau jauh jaraknya dengan Allah ‘Azza wa Jalla.
Berilmu dan beramal
Sudah banyak perkataan para ulama tentang pentingnya beramal setelah berilmu. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa mengungguli manusia dalam ilmu, maka dia lebih pantas untuk mengungguli mereka dalam amal”. Artinya, mereka yang lebih berilmu sudah sewajarnya beramal sebanyak kadar ilmu yang didapat. Semakin banyak ilmu, semakin banyak amal. Begitu logikanya. Rasulullah SAW pun pernah berkata: ”Manusia yang paling keras adzabnya di hari kiamat adalah seorang alim yang tidak memanfaatkan ilmu yang dimilikinya.”
Maka dari itu, Imam Al-Ghazali pun tidak luput dari memberi pesan kepada muridnya seputar ini. Menurut beliau, beramal adalah tahapan puncak dalam proses menuntut ilmu. Termasuk tahap yang paling penting, karena ilmu tanpa amal adalah sebuah kegilaan dan amal tanpa ilmu bukanlah sebuah keniscayaan.
العلم بلا عمل جنون, و العمل بغيرعمل لا يكون
Hakikatnya rumah manusia adalah kuburan.
Bulatkan tekad dalam dirimu dan kalahkan hawa nafsu yang tertanam di jiwamu. Sesungguhnya kematian ada di badanmu dan rumahmu adalah kuburan. Begitulah kira-kira terjemahan secuil hikmah dari kitab Ayyuhal Walad. Imam Al-Ghazali mempertegasnya dengan salah satu Kalam Allah,
ٱرْجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
Artinya: “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.” (QS. Al-Fajr:28)
Bertahajudlah!
Tiga suara yang disenangi Allah adalah suara ayam jago, suara hamba yang sedang membaca Al-Qur’an, dan suara hamba yang beristighfar di waktu sahur. Dipahami sebagian besar manusia, waktu sahur adalah kisaran pukul 3 pagi hingga menjelang subuh. Di waktu ini, Imam Al-Ghazali mengajak muridnya dan pembaca kitab Ayyuhal Walad untuk menjauhkan diri dari kasur seraya bangun dan memohon ampun kepada Allah SWT.
Suatu waktu, Lukman Al-Hakim pernah berwasiat kepada anaknya, “Jangan sampai suara ayam jago lebih baik dari dirimu, karena panggilannya di waktu sahur sedang kamu justru tertidur dengan lelapnya.”
Ketika selalu mengingat dosa yang telah diperbuat, seorang hamba akan selalu beristighfar kepada Allah dan selalu mengabdikan sedikit waktunya untuk bertahajud yang termasuk waktu mustajab untuk berdoa. Semoga Allah selalu memudahkan kita dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Amin.
(Sumber bacaan: Kitab Silsilatul Azhar li Ta’limil Lughoh al-‘Arobiyyah)
مَقَدِّمَةٌ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ وَآلِهِ أَجْمَعِيْنَ
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, dan akhir yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa. Shalawat serta salam semoga atas Nabinya yaitu Muhammad dan keluarganya semuanya
اِعْلَمْ أَنَّ وَاحِدًا مِنَ الطَّلَبَةِ الْمُتَقَدِّمِيْنَ، لَازَمَ خِدْمَةَ الشَّيْخِ الْإِمَامِ زَيْنِ الدِّيْنِ حُجَّةِ الْإِسْلَامِ أَبِيْ حَامِدٍ مُحَمَّدِ بْنِ مُحَمَّدٍ الْغَزَالِيِّ رَحِمَهُ اللهُ
Ketahuilah bahwa ada seorang pelajar dahulu itu, selalu melayani al-Syekh al-Imam Zainuddin Hujjatul Islam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali semoga Allah merahmati beliau
وَاشْتَغَلَ بِالتَّحْصِيْلِ وَقِرَاءَةِ الْعِلْمِ عَلَيْهِ، حَتَّى جَمَعَ دَقَائِقَ الْعُلُوْمِ، وَاسْتَكْمَلَ فَضَائِلَ النَّفْسِ
Ia sibuk menghasilkan dan membaca ilmu kepadanya (Imam Ghazali), hingga ia mengumpulkan ilmu-ilmu yang sulit, dan menyempurnakan keutamaan-keutamaan jiwa
ثُمَّ إِنَّهُ تَفَكَّرَ يَوْمًا فِيْ حَالِ نَفْسِهِ وَخَطَرَ عَلَى بَالِهِ، فَقَالَ: إِنِّيْ قَرَأْتُ أَنْوَاعًا مِنَ الْعُلُوْمِ، وَصَرَفْتُ رَيْعَانَ عُمْرِيْ عَلَى تَعَلُّمِهَا وَجَمْعِهَا، وَالْآنَ يَنْبَغِيْ أَنْ أَعْلَمَ أَيَّ نَوْعِهَا يَنْفَعُنِيْ غَدًا وَيُؤْنِسُنِيْ فِي الْآخِرَةِ؟ وَأَيُّهَا لَا يَنْفَعُ حَتَّى أَتْرُكَهُ؟
Lalu ia berpikir di suatu hari tentang keadaan dirinya dan bisikan hatinya ia berkata: aku telah membaca bermacam-macam ilmu, dan menggunakan keindahan umurku untuk mempelajari ilmu dan mengumpulkannya, dan sekarang saya harus mengetahui apa cabang ilmu yang bermanfaat besok dan menyenangkan aku di akhirat? dan apa yang tidak bermanfaat hingga aku tinggalkan?
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ” رواه مسلم وغيره
Rasulullah Saw bersabda: “Wahai Allah, aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat”. HR Muslim dan lainnya
فَاسْتَمَرَّتْ لَهُ هَذِهِ الْفِكْرَةُ حَتَّى كَتَبَ إِلَى حَضْرَةِ الشَّيْخِ حُجَّةِ الْإِسْلَامِ مُحَمَّدٍ الْغَزَالِيِّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى اِسْتِفْتَاءً، وَسَأَلَ عَنْهُ مَسَائِلَ وَالْتَمَسَ مِنْهُ نَصِيْحَةً وَدُعَاءً
Lalu pikiran ini terus menerus hingga ia menulis kepada Syekh Hujjatul Islam Muhammad al-Ghazali semoga Allah merahmatinya untuk meminta fatwa, dan menanyakan kepada beliau beberapa masalah dan meminta kepada beliau nasihat dan doa
قَالَ: وَإِنْ كَانَتْ مُصَنَّفَاتُ الشَّيْخِ كَالْإِحْيَاءِ وَغَيْرِهِ يَشْتَمِلُ عَلَى جَوَابِ مَسَائِلِيْ، لَكِنَّ مَقْصُوْدِيْ أَنْ يَكْتُبَ الشَّيْخُ حَاجَتِيْ فِيْ وَرَقَاتٍ تَكُوْنُ مَعِيْ مُدَّةَ حَيَاتِيْ وَأَعْمَلُ بِمَا فِيْهَا مُدَّةَ عُمْرِيْ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى
Ia berkata: walaupun karya-karya Syekh seperti Ihya dan lainnya itu mencakup jawaban atas permasalahanku, tetapi tujuanku adalah agar Syekh menulis kebutuhanku pada beberapa lembar yang akan bersamaku saat hidupku dan aku akan melaksanakannya selama umurku insya Allah ta’ala
فَكَتَبَ الشَّيْخُ هَذِهِ الرِّسَالَةَ إِلَيْهِ فِيْ جَوَابِهِ
Lalu Syekh (Imam Al-Ghazali) menulis kitab ini untuk menjawabnya.
***
2. Anakku yang Tercinta, yang Mulia
اِعْلَمْ اَيُّهَا الْوَلَدُ الْمُحِبُّ الْعَزِيْزُ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اِعْلَمْ أَيُّهَا الْوَلَدُ اْلمُحِبُّ اْلعَزِيْزُ -أَطَالَ اللهُ تَعَالَى بَقَاءَكَ بِطَاعَتِهِ وَسَلَكَ بِكَ سَبِيْلَ أَحِبَّائِهِ- أَنَّ مَنْشُوْرَ النَّصِيْحَةِ يُكْتَبُ مِنْ مَعْدِنِ الرِّسَالَةِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
Ketahuilah, Wahai anakku yang tercinta yang mulia -semoga Allah selalu memanjangkan umurmu dalam taat kepada Allah dan semoga Allah menunjukkan kepadamu jalan kekasih-kekasih-Nya- bahwasanya nasihat yang tersebar telah tertulis dalam intisari risalah Nabi Saw
إِنْ كَانَ قَدْ بَلَغَكَ مِنْهُ نَصِيْحَةٌ فَأَيُّ حَاجَةٍ لَكَ فِي نَصِيْحَتِي؟ وَإِنْ لَمْ تَبْلُغْكَ فَقُلْ لِي: مَاذَا حَصَّلْتَ فِي هَذِهِ السِّنِيْنَ اْلمَاضِيَة؟
Apabila nasihat baik telah sampai kepadamu maka nasihatku mana lagi yang kamu butuhkan? Dan jika belum sampai kepadamu, katakanlah kepadaku apa yang telah kamu peroleh ditahun-tahun sebelumya?
***
3. Waktu Adalah Kehidupan
اَلْوَقْتَ هُوَ الْحَيَاةُ
أَيُّهَا الْوَلَدُ، مِنْ جُمْلَةِ مَا نَصَحَ بِهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّتَهُ
Wahai anakku, berikut ini adalah beberapa nasihat Rasulullah Saw kepada umatnya
قَوْلُهُ : (عَلَامَةُ إِعْرَاضِ اللَّهِ تَعَالَى عَنِ الْعَبْدِ اِشْتِغَالُهُ بِمَا لَا يَعْنِيْهِ، وَإِنَّ امْرَأً ذَهَبَتْ سَاعَةٌ مِنْ عُمُرِهِ فِي غَيْرِ مَا خُلِقَ لَهُ، لَجَدِيْرٌ أَنْ تَطُوْلَ عَلَيْهِ حَسْرَتُهُ، وَمَنْ جَاوَزَ الأَرْبَعِيْنَ وَلَمْ يَغْلِبْ خَيْرُهُ شَرَّهُ فَلْيَتَجَهَّزْ إِلَى النَّارِ)
Beliau bersabda: “Tanda berpalingnya Allah dari hambanya adalah ia disibukkan dengan sesuatu yang tidak bermanfaat, dan sesungguhnya orang yang telah kehilangan waktu dari umurnya untuk selain ibadah, tentu sangat layak baginya kerugian yang panjang. Barang siapa umurnya telah melebihi 40 tahun sementara amal kebaikannya tidak melebihi amal keburukannya maka bersiap-siaplah menuju neraka”.
وَفِي هَذِهِ النَّصِيْحَةِ كِفَايَةٌ لِأَهْلِ الْعِلْمِ
Di dalam nasehat ini telah cukup bagi ahli ilmu.
***
4. Kapan Nasihat itu Bermanfaat
مَتَى تَنْفَعُ النَّصِيْحَةُ
أَيُّهَا الْوَلَدُ، النَّصِيْحَةُ سَهْلٌ وَالْمُشْكِلُ قَبُوْلُهَا، لِأَنَّهَا فِي مَذَاقِ مُتَّبِعِي الْهَوَى مُرٌّ إِذِ الْمَنَاهِي مَحْبُوْبَةٌ فِي قُلُوْبِهِمْ، عَلَى الْخُصُوْصِ لِمَنْ كَانَ طَالِبَ الْعِلْمِ الرَّسْمِيِّ، مُشْتَغِلاً فِي فَضْلِ النَّفْسِ وَمَنَاقِبِ الدُّنْيَا
Wahai anakku, memberi nasihat itu mudah yang sulit adalah menerimanya, karena nasihat bagi orang yang menuruti nafsunya terasa pahit sebab larangan-larangan itu justru dicintai dalam hatinya, khususnya bagi seseorang yang mencari ilmu sebagai formalitas, sibuk pada prioritas nafsu dan prestasi keduniawian
فَإِنَّهُ يَحْسَبُ أَنَّ الْعِلْمَ الْمُجَرَّدَ لَهُ سَيَكُوْنُ نَجَاتُهُ وَخَلَاصُهُ فِيْهِ وَأَنَّهُ مُسْتَغْنٍ عَنِ الْعَمَلِ، وَهَذِهِ اِعْتِقَادُ الْفَلَاسِفَةِ
Karena ia meyakini bahwa keselamatan dan kebahagiaannya hanya dengan ilmu tanpa perlu mengamalkan, yang demikian itu merupakan keyakinan para filosof
سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ، لَا يَعْلَمُ هَذَا الْقَدْرَ أَنَّهُ حِيْنَ حَصَّلَ الْعِلْمَ إِذَا لَمْ يَعْمَلْ بِهِ تَكُوْنُ الْحُجَّةُ عَلَيْهِ آكد
Maha Suci Allah Yang Maha Agung, orang yang terbujuk ini tidak mengerti bahwa saat ia memperoleh ilmu tanpa diamalkan terdapat dalil yang kuat
كَمَا قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ القِيَامَةِ عَالِمٌ لَا يَنْفَعُهُ اللهُ بِعِلْمِهِ)
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw : “Manusia yang paling berat siksanya di hari kiamat adalah orang yang mempunyai ilmu yang ilmunya tidak diberi kemanfaatan oleh Allah”
وَرُوِيَ أَنَّ الْجُنَيْدَ قَدَّسَ اللهُ رُوْحَهُ الْعَزِيْزَ رُئِيَ فِي الْمَنَامِ بَعْدَ مَوْتِهِ، فَقِيْلَ لَهُ: مَا الْخَبَرُ يَا أَبَا الْقَاسِمِ؟ قَالَ: طَاحَتِ الْعِبَارَاتُ وَفَنِيَتِ الْإِشَارَاتُ وَمَا نَفَعَنَا إِلَّا رَكَعَاتٌ رَكَعْنَاهَا فِيْ جَوْفِ اللَّيْلِ
Diriwayatkan bahwa Syaikh al-Junaid Qs bermimpi setelah wafatnya, lalu ia ditanya: “Apa kabar wahai Abul Qosim?” Beliau menjawab: “Telah binasa ibarat-ibarat itu dan telah lenyap isyarat-isyarat itu, tidak ada yang bermanfaat bagiku kecuali rakaat-rakaat kecil di tengah malam”
***
5. Kapan Ilmu Bermanfaat
مَتَى يَنْفَعُ الْعِلْمُ
أَيُّهَا الْوَلَدُ، لَا تَكُنْ مِنَ الْأَعْمَالِ مُفْلِسًا، وَلَا مِنَ الْأَحْوَالِ خَالِيًا، وَتَيَقَّنْ أَنَّ الْعِلْمَ الْمُجَرَّدَ لَا يَأْخُذُ بِالْيَدِ
Wahai anakku, janganlah kamu menjadi muflis (orang yang bangkrut) dari amal perbuatan, dan jangan pula kosong dari ahwal, Yakinlah ilmu tanpa amal tidak akan bisa membantu
مِثَالُهُ لَوْ كَانَ عَلَى رَجُلٍ فِيْ بَرِّيَّةٍ عَشْرَةُ أَسْيَافٍ هِنْدِيَّةٍ مَعَ أَسْلِحَةٍ أُخْرَى، وَكَانَ الرَّجُلُ شُجَاعًا وَأَهْلَ حَرْبٍ، فَحَمَلَ عَلَيْهِ أَسَدٌ مُهِيْبٌ، فَمَا ظَنُّكَ؟ هَلْ تَدْفَعُ الْأَسْلِحَةُ شَرَّهُ عَنْهُ بِلَا اسْتِعْمَالِهَا وَضَرْبِهَا؟ وَمِنَ الْمَعْلُوْمِ أَنَّهَا لَا تَدْفَعُ إِلَّا بِالتَّحْرِيْكِ وَالضَّرْبِ
Contohnya ada seorang laki-laki di tengah hutan memiliki sepuluh pedang Hindia dan beberapa senjata lain, ia adalah seorang yang pemberani dan ahli perang, kemudian ia disergap harimau yang besar dan ganas, apa yang kamu pikirkan? Apakah senjata-senjata itu bisa menghalau kebuasan harimau tanpa digunakan dan dipukulkan? Tentu sudah jelas bahwa senjata tersebut tidak bisa menghalau kecuali digerakkan dan dipukulkan
فَكَذَا لَوْ قَرَأَ رَجُلٌ مِائَةَ أَلْفِ مَسْأَلَةٍ عِلْمِيَّةٍ وَتَعَلَّمَهَا وَلَمْ يَعْمَلْ بِهَا، لَا تُفِيْدُهُ إِلَّا بِالْعَمَلِ. وَمِثَالُهُ أَيْضًا، لَوْ كَانَ لِرَجُلٍ حَرَارَةٌ وَمَرَضٌ صَفْرَاوِيٌّ يَكُوْنُ عِلَاجُهُ بِالسَّكَنْجَبِيْنِ وَالْكَشْكَابِ فَلَا يَحْصُلُ الْبُرْءُ إِلَّا بِاسْتِعْمَالِهِمَا
Begitu pula apabila seseorang membaca dan mempelajari 100.000 masalah keilmuan tanpa diamalkan, maka semua itu tidak akan memberi manfaat kecuali jika diamalkan. Contoh lain, jika seseorang terkena demam dan penyakit empedu (penyakit kuning) yang obatnya adalah dengan tumbuhan Sakanjabin dan Kasykab maka ia tidak akan sembuh kecuali dengan mengkonsumsi keduanya
شِعْر:
كَرْمَىْ دُوْ هَزَار بار بيمايي # تَامَىْ نَخُورى نَبَاشَدْتُ شَيدايي
Dalam sebuah syair: Jika engkau menakar 2000 kati arak, hal itu tidak akan menjadikanmu mabuk ketika kau tidak meminumnya.
***
6. Kapan Membaca Ilmu Bermanfaat
مَتَى يَنْفَعُ قِرَاءةُ الْعِلْمِ
أَيُّهَا الْوَلَدُ، وَلَوْ قَرَأْتَ الْعِلْمَ مِائَةَ سَنَةٍ وَجَمَعْتَ أَلْفَ كِتَابٍ، لَا تَكُوْنُ مُسْتَعِدًّا لِرَحْمَةِ اللهِ تَعَالَى إِلَّا بِالْعَمَلِ
Wahai anakku, apabila kamu telah membaca ilmu selama 100 tahun dan mengumpulkan 1000 kitab, belumlah menjadikanmu sebagai orang yang telah siap memperoleh kasih sayang Allah kecuali dengan mengamalkannya
لِقَوْلِهِ تَعَالَى: (وَأَنْ لَّيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى)
Firman Allah Swt: “Dan sesungguhnya tidak akan bermanfaat bagi manusia kecuali apa yang dilakukannya”
(فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا)
“Barang siapa yang hendak berharap untuk mendapat rahmat Allah maka hendaknya beramal sholeh”
(جَزَآءً بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ)
“Sebagai balasan atas apa yang mereka perbuat”
(إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا، خَالِدِيْنَ فِيْهَا لَا يَبْغُوْنَ عَنْهَا حِوَلًا)
“Sesungguhnyaorang yang beriman dan mengerjakan kebaikan itu untuk mereka disediakan surga Firdaus sebagai tempat tinggal, mereka kekal didalamnya mereka tidak ingin pindah dari sana”
(إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا)
“kecuali orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan kebaikan”
وَمَا تَقُوْلُ فِيْ هَذَا الْحَدِيْثِ: (بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا)
Apa pendapatmu tentang hadits: “Islam dibangun atas lima perkara yaitu bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad itu utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah bagi yang mampu menjalankannya”
وَالْإِيْمَانُ قَوْلٌ بِاللِّسَانِ، وَتَصْدِيْقٌ بِالْجَنَانِ، وَعَمَلٌ بِالْأَرْكَانِ. وَدَلِيْلُ الْأَعْمَالِ أَكْثَرُ، مِنْ أَنْ يُحْصَى وَإِنْ كَانَ الْعَبْدُ يَبْلُغُ الْجَنَّةَ بِفَضْلِ اللهِ تَعَالَى وَكَرَمِهِ، لَكِنْ بَعْدَ أَنْ يَسْتَعِدَّ بِطَاعَتِهِ وَعِبَادَتِهِ، لِأَنَّ رَحْمَةَ اللهِ قَرِيْبٌ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Iman itu adalah mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati, serta mengamalkan dengan anggota lahir. Tanda untuk beramal (mengaplikasikan ilmu) itu sangat banyak, walaupun seorang hamba dapat masuk surga karena anugerah dan karunia Allah Ta’ala, tetapi setelah mempersiapkan diri dengan ketaatan dan beribadah pada-Nya, karena sesungguhnya rahmat Allah itu dekat dengan orang-orang yang berbuat baik
وَلَوْ قِيْلَ أَيْضًا، يَبْلُغُ بِمُجَرَّدِ الْإِيْمَانِ، قُلْنَا: نَعَمْ، لَكِنْ مَتَى يَبْلُغُ؟ كَمْ مِنْ عَقَبَةٍ تَسْتَقْبِلُهُ إِلَى أَنْ يَصِلَ؟ وَأَوَّلُ تِلْكَ الْعَقَبَاتِ عَقَبَةُ الْإِيْمَانِ، أَنَّهُ هَلْ يَسْلَمُ مِنَ السَّلْبِ أَمْ لَا؟ وَإِذَا وَصَلَ، يَكُوْنُ جَنَّتِيًّا مُفْلِسًا. وَقَالَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ رَحِمَهُ اللهُ: يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى لِعِبَادِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: اُدْخُلُوْا يَا عِبَادِيْ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِيْ وَاقْتَسِمُوْهَا بِقَدْرِ أَعْمَالِكُمْ
Dikatakan lagi, seseorang bisa sampai (memperoleh rahmat-Nya dan masuk surga) itu hanya dengan iman, kami menjawab: Benar, tetapi kapan sampainya? Berapa banyak rintangan yang dihadapi hingga ia sampai? Padahal rintangan pertamanya adalah rintangan keimanan, lantas apakah ia bisa selamat dari tercerabutnya iman atau tidak? Apabila ia telah sampai, bukankah ia tetap tergolong orang yang rugi dan bangkrut? Syaikh Hasan al-Bashri semoga Allah merahmatinya berkata: Allah Ta’ala berfirman kepada semua hambanya di hari Kiamat: “Wahai hamba-hambaku masuklah ke surga sebab rahmat-Ku dan bagilah kenikmatan surga sesuai dengan amalmu”
***
7. Diterimanya Amal
قَبُوْلُ الْعَمَلِ
أَيُّهَا الْوَلَدُ، مَا لَمْ تَعْمَلْ لَمْ تَجِدِ الْأَجْرَ
Wahai anakku, selama kamu tidak beramal maka kamu tidak akan mendapatkan balasan pahala
حُكِيَ أَنَّ رَجُلًا مِنْ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ عَبَدَ اللهَ تَعَالَى سَبْعِيْنَ سَنَةً، فَأَرَادَ اللهُ تَعَالَى أَنْ يَجْعَلُوَهُ عَلَى الْمَلَائِكَةِ، فَأَرْسَلَ اللهُ تَعَالَى مَلَكًا يُخْبِرُهُ أَنَّهُ مَعَ تِلْكَ الْعِبَادَةِ لَا يَلِيْقُ بِهِ (دُخُوْلُ الْجَنَّةِ). فَلَمَّا بَلَغَهُ قَالَ الْعَابِدُ: نَحْنُ خُلِقْنَا لِلْعِبَادَةِ فَيَنْبَغِيْ لَنَا أَنْ نَعْبُدَهُ. فَلَمَّا رَجَعَ الْمَلَكُ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: مَاذَا قَالَ عَبْدِيْ؟ قَالَ: إِلَهِيْ أَنْتَ أَعْلَمُ بِمَا قَالَ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : (إِذَا هُوَ لَمْ يُعْرِضْ عَنْ عِبَادَتِنَا، فَنَحْنُ مَعَ الْكَرَمِ لَا نُعْرِضْ عَنْهُ، أَشْهِدُوْا يَا مَلَائِكَتِيْ إِنِّيْ قَدْ غَفَرْتُ لَهُ)
Diceritakan bahwasanya ada seorang laki-laki dari Bani Israil telah beribadah kepada Allah Ta’ala selama 70 tahun, maka Allah Ta’ala ingin menunjukkan hal tersebut kepada para malaikat, kemudian Allah Ta’ala mengutus satu malaikat untuk mengabarkannya bahwa ia beserta ibadahnya tidak memasukkannya ke dalam surga. Ketika kabar tersebut disampaikan, ahli ibadah tersebut berkata: Kami diciptakan untuk beribadah maka sudah seharusnya kami hanya beribadah kepada-Nya. Ketika malaikat tersebut kembali kepada Allah, maka Allah Ta’ala berfirman: “Apa yang hamba-Ku katakan?”. Malaikat menjawab:“Wahai Tuhanku, Engkau lebih tahu apa yang telah ia katakan. Lalu Allah Swt berfirman : “Walaupun diperlakukan seperti itu, ia tidak berpaling dari beribadah kepada-Ku, maka dengan kemuliaan-Ku Aku tidak akan berpaling darinya. Saksikanlah wahai para malaikat-Kusesungguhnnya Aku telah mengampuninya”
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (حَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا، وَزِنُوْا أَعْمَالَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوْزَنُوْا).
وَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: مَنْ ظَنَّ أَنَّهُ بِدُوْنِ الْجُهْدِ يَصِلُ فَهُوَ مُتَمَنٍّ، وَمَنْ ظَنَّ أَنَّهُ بِبَذْلِ الْجُهْدِ يَصِلُ فَهُوَ مُسْتَغْنٍ
Rasulullah Saw bersabda : “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab (pada hari kiamat), dan timbanglah amal kalian sebelum amal kalian ditimbang”. Ali Ra berkata : “Barangsiapa menyangka bahwa tanpa berusaha ia akan sampai kepada tujuannya maka ia adalah orang pemimpi, dan barangsiapa menyangka dengan kerja keras ia akan berhasil maka ia termasuk orang yang tidak butuh Allah”
وَقَالَ الْحَسَنُ رَحِمَهُ اللهُ: طَلَبُ الْجَنَّةِ بِلَا عَمَلٍ ذَنْبٌ مِنَ الذُّنُوْبِ، وَقَالَ: عَلَامَةُ الْحَقِيْقَةِ تَرْكُ مُلَاحَظَةِ الْعَمَلِ لَا تَرْكُ الْعَمَلِ. وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْأَحْمَقُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ)
Syekh Hasan al-Basri semoga Allah merahmatinya berkata: “Mengharapkan surga tanpa disertai amal perbuatan itu termasuk dosa”, beliau juga berkata: “Tanda-tanda haqiqat adalah tidak memandang amal perbuatan tanpa meninggalkan amal”. Rasullullah Saw bersabda: “Orang cerdas adalah orang yang meminjami (menghutangi) dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati, sementara orang dungu adalah orang yang mengikuti kesenangannya (hawa nafsu) dan berharap kepada Allah Swt (untuk memenuhi keinginan-keinginannya)”
***
8. Bersihnya Niat
طَهَارَةُ النِّيَّةِ
أَيُّهَا الْوَلَدُ، كَمْ مِنْ لَيْلَةٍ أَحْيَيْتَهَا بِتَكْرَارِ الْعِلْمِ، وَمُطَالَعَةِ الْكُتُبِ، وَحَرَّمْتَ عَلَى نَفْسِكَ النَّوْمَ، لَا أَعْلَمُ مَا كَانَ الْبَاعِثُ فِيْهِ. إِنْ كَانَتْ نِيَّتُكَ نَيْلَ غَرَضِ الدُّنْيَا، وَجَذْبَ حُطَامِهَا، وَتَحْصِيْلَ مَنَاصِبِهَا، وَالْمُبَاهَاةَ عَلَى الْأَقْرَانِ وَالْأَمْثَالِ، فَوَيْلٌ لَكَ ثُمَّ وَيْلٌ لَكَ. وَإِنْ كَانَ قَصْدُكَ فِيْهِ إِحْيَاءَ شَرِيْعَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَتَهْذِيْبَ أَخْلَاقِكَ، وَكَسْرَ النَّفْسِ الْأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، فَطُوْبَى ثُمَّ طُوْبَى لَكَ
Wahai anakku, berapa banyak malam-malam yang engkau hidupkan untuk mengulang-ulang ilmu, mempelajari kembali kitab-kitab, dan kamu telah mengharamkan dirimu untuk tidur, aku tidak tahu apa motifnya. Apabila untuk memperoleh kehormatan, rongsokan, jabatan-jabatan keduniawian, dan untuk menyombongkan kepada sesama, maka sangat celakalah kamu. Apabila tujuanmu untuk menghidupkan syari’at Nabi Saw, memperbaiki akhlakmu, menaklukan nafsumu yang banyak memerintahkan berbuat keburukan, maka sangat beruntunglah dirimu
وَلَقَدْ صَدَقَ مَنْ قَالَ شِعْرًا:
سَهَرُ الْعُيُوْنِ لِغَيْرِ وَجْهِكَ ضَائِعٌ # وَبُكَاؤُهُنَّ لِغَيْرِ فَقْدِكَ بَاطِلُ
Tepat sekali orang yang bersyair:
Terjaganya mata untuk selain-Mu itu sia-sia# dan tangisannya bukan karena kehilangan-Mu itu palsu
أَيُّهَا الْوَلَدُ، عِشْ مَا شِئْتَ، وَأَحْبِبْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ
Wahai anakku, hiduplah semaumu, cintailah apa yang kamu inginkan karena kamu akan meninggalkannya, dan berbuatlah sesukamu karena kamu akan mendapat balasannya.
***
9. Apa yang Kamu Pelajari?
مَاذَاتَتَعَلَّمُ
أَيُّهَا الْوَلَدُ، أَيُّ شَيْءٍ حَاصِلٌ لَكَ مِنْ تَحْصِيْلِ عِلْمِ الْكَلَامِ، وَالْخِلَافِ، وَالطِّبِّ، وَالدَّوَاوِيْنِ، وَالْأَشْعَارِ، وَالنُّجُوْمِ، وَالْعَرُوْضِ، وَالنَّحْوِ، وَالتَّصْرِيْفِ غَيْرُ تَضْيِيْعِ الْعُمْرِ بِخِلَافِ ذِي الْجَلَالِ
Wahai anakku, apapun yang kamu peroleh dari mempelajari ilmu kalam, perdebatan, kedokteran, prosa-prosa, syair-syair, astronomi, ilmu ‘arudh, nahwu, dan sharf tidaklah menyia-nyiakan umur, berbeda dengan Allah Yang Maha Agung
إِنِّيْ رَأَيْتُ فِي الْإِنْجِيْلِ أَنَّ عِيْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ : مِنْ سَاعَةِ يُوْضَعُ الْمَيِّتُ عَلَى الْجَنَازَةِ إِلَى أَنْ يُوْضَعَ عَلَى شَفِيْرِ الْقَبْرِ، يَسْأَلُ اللهُ بِعَظَمَتِهِ مِنْهُ أَرْبَعِيْنَ سُؤَالًا، أَوَّلَهُ يَقُوْلُ: عَبْدِيْ، طَهَّرْتَ مَنْظَرَ الْخَلْقِ سِنِيْنَ وَمَا طَهَّرْتَ مَنْظَرِيْ سَاعَةٌ. وَكُلُّ يَوْمٍ يَنْظُرُ فِيْ قَلْبِكَ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: مَا تَصْنَعُ لِغَيْرِيْ وَأَنْتَ مَحْفُوْفٌ بِخَيْرِيْ، أَمَا أَنْتَ أَصَمُّ لَا تَسْمَعُ؟
Aku melihat dalam kitab Injil bahwa Nabi Isa As bersabda: “Sejak mayat diletakkan di keranda sampai diletakkan di samping kubur, maka Allah dengan sifat keagungan-Nya akan menanyainya dengan 40 pertanyaan, yang pertama, Allah berfirman: Wahai Hambaku, kau telah membersihkan diri bertahun-tahun dari pandangan makhluk (berupaya terlihat baik terus dihadapan manusia) dan tidak sedikitpun kau membersihkan dari pandangan-Ku (tidak berupaya terlihat baik dihadapan Allah). Setiap hari Allah Swt melihat di dalam hatimu sambil berfirman : Apa yang kau perbuat pada selain-Ku sementara kau dikelilingi oleh kebaikanku, apakah engkau tuli tidak mendengar?”
أَيُّهَا الْوَلَدُ، اَلْعِلْمُ بِلَا عَمَلٍ جُنُوْنٌ، وَالْعَمَلُ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَكُوْنُ
Wahai anakku, ilmu tanpa diamalkan adalah kegilaan, dan amal tanpa ilmu tidak akan pernah ada
وَاعْلَمْ أَنَّ عِلْمًا لَا يُبْعِدُكَ الْيَوْمَ عَنِ الْمَعَاصِيْ وَلَا يَحْمِلُكَ عَلَى الطَّاعَةِ، لَنْ يُبْعِدَكَ غَدًا عَنْ نَارِ جَهَنَّمَ، وَإِذَا لَمْ تَعْمَلِ الْيَوْمَ وَلَمْ تَدَارَكِ الْأَيَّامَ الْمَاضِيَةَ، تَقُوْلُ غَدًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ: (فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا)، فَيُقَالُ: يَا أَحْمَقُ أَنْتَ مِنْ هُنَاكَ تَجِيْءُ
Ketahuilah bahwasanya ilmu yang tidak menjauhkan hari-harimu dari perbuatan dosa dan tidak membawamu ke dalam ketaatan, kelak tidak akan menjauhkanmu dari neraka Jahannam, ketika kamu tidak beramal dengan ilmumu di masa sekarang dan tidak memperbaiki hari-hari yang telah terlewat, maka besok di hari Kiamat kamu akan berkata: “Kembalikanlah kami, kami pasti akan berbuat baik”. Kemudian akan dijawab: “Hai orang dungu kamu telah datang dari sana (yakni dunia)”
***
10. Bercahayanya Ruh dan Gelapnya Materi
اِشْرَاقَةُ الرُّوْحِ وَظَلَمَةِ الْمَادَّةِ
أَيُّهَا الْوَلَدُ، اِجْعَلِ الْهِمَّةَ فِي الرُّوْحِ، وَالْهَزِيْمَةَ فِي النَّفْسِ، وَالْمَوْتَ فِي الْبَدَنِ، لِأَنَّ مَنْزِلَكَ الْقَبْرُ، وَأَهْلُ الْمَقَابِرِ يَنْتَظِرُوْنَكَ فِيْ كُلِّ لَحْظَةٍ مَتَى تَصِلُ إِلَيْهِمْ. إِيَّاكَ وَإِيَّاكَ أَنْ تَصِلَ إِلَيْهِمْ بِلَا زَادٍ
Wahai anakku, jadikanlah semangat dalam jiwamu, kekalahan dalam nafsumu, dan kematian dalam badanmu, karena sesungguhnya tempatmu adalah kuburan, sementara itu ahli kubur menunggumu setiap saat kapan kamu akan menyusul mereka. Berhati-hatilah jika kamu menyusul mereka tanpa bekal
وَقَالَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: هَذِهِ الْأَجْسَادُ قَفَصُ الطُّيُوْرِ وَاصْطَبْلُ الدَّوَابِّ، فَتَفَكَّرْ فِيْ نَفْسِكَ، مِنْ أَيِّهِمَا أَنْتَ؟ إِنْ كُنْتَ مِنَ الطُّيُورِ الْعُلْوِيَّةِ فَحِيْنَ تَسْمَعُ طَنِيْنَ طَبْلِ (اِرْجِعِيْ إِلَى رَبِّكِ) تَطِيْرُ صَاعِدًا إِلَى أَنْ تَقْعُدَ فِيْ أَعَالِيْ بُرُوْجِ الْجِنَانِ
Abu Bakar as-Siddiq Ra berkata: “Jasad ini seperti sangkar burung dan kandang hewan ternak, maka pikirkanlah dalam dirimu, termasuk yang manakah kamu? Jika kamu termasuk burung yang berada di atas udara maka ketika kamu mendengar suara (kembalilah kamu pada Tuhanmu) maka ia akan terbang ke atas hingga mencapai puncak menara-menara surga yang luhur”
كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (اِهْتَزَّ عَرْشُ الرَّحْمَنِ لِمَوْتِ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ)
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “’Arsy milik Dzat Yang Maha Pengasih bergetar sebab meninggalnya Sa’adz bin Mu’adz”
وَالْعِيَاذُ بِاللهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الدَّوَابِّ، كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَى: (أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ). فَلَا تَأْمَنِ انْتِقَالَكَ مِنْ زَاوِيَةِ الدَّارِ إِلَى هَاوِيَةِ النَّارِ
Perlindungan hanya kepada Allah apabila kamu termasuk golongan hewan ternak, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat lagi”. Maka janganlah kamu merasa aman pada perpindahanmu dari ujung dunia ke jurang neraka
وَرُوِيَ أَنَّ الْحَسَنَ الْبَصْرِيَّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى: أُعْطِيَ شَرْبَةَ مَاءٍ بَارِدٍ، فَلَمَّا أَخَذَ الْقَدَحَ، غُشِيَ عَلَيْهِ وَسَقَطَ مِنْ يَدِهِ، فَلَمَّا أَفَاقَ، قِيْلَ لَهُ: مَا لَكَ يَا أَبَا سَعِيْدٍ؟ قَالَ: ذَكَرْتُ أُمْنِيَّةَ أَهْلِ النَّارِ حِيْنَ يَقُوْلُوْنَ لِأَهْلِ الْجَنَّةِ: (أَنْ أَفِيْضُوْا عَلَيْنَا مِنَ الْمَآءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ)
Diriwayatkan bahwa sesungguhnya Syekh Hasan al-Basri semoga Allah Ta’ala merahmatinya: Beliau diberi air minum dingin, ketika beliau mengambil gelas, beliau pingsan gelas tersebut jatuh dari pegangan tangannya, ketika sadar, beliau ditanya: Apa yang terjadi padamu wahai Abu Sa’id? Beliau menjawab: Aku mengingat harapan penduduk neraka ketika mereka berkata kepada penduduk surga: “Tuangkanlah pada kami air surga atau apapun yang telah Allah berikan padamu”
—
Masih berlanjut