Assalamu alaikum.
Kawulo bade kintun makalah kangge sarasehan romadhon ingkang Topik : Aqidah
Ngapunten, wekdalipun boten cekap menawi kulo sampaikan lengkap dados baru pengantar nya saja dulu.
Juga kami sampaikan agar kitab yang berbahasa melayu atau jawa dapat dikaji di masjid dengan pengajar dari jamaah yang dipilih atau berminat untuk membacakan kitabnya di hadapan jamaah masjid.
Nuwun 🙏🏻wassalam
1
بسم الله الرحمن الرحيم
Sarasehan : Ramadhon 1444H
26 Maret 2023
Masjid Al Ukhuwah Lendah KP – DIY
Topik : AQIDAH
Mengenal Allah dengan Memahami Sifat 20 dan Al-Asma’ul Husna
Oleh : H. Mas K. Widhy Soemarno.
Kewajiban pertama dan utama sebagai seorang muslim adalah mengenal tuhannya
Mengenal sesuatu apapun itu, selalu dimulai dengan mengenal namanya dan mengetahui sifat-sifatnya.
Setelahnya barulah kita dapat memahami dan meyakini segala sesuatu tentang itu dengan baik dan benar.
Didalam agama Islam, keyakinan kita terhadap siapa nama, bagaimana sifat dari tuhan dan apapun yang harus kita kenal.
Dimulai dengan memberi kesaksian atas tuhan dan rasulnya.
Itulah yang kita sebut dengan Dua kalimah Syahadat
Untuk selanjutnya kita mantapkan keyakinan itu di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan di amalkan melalui rukun-rukunnya.
Secara sederhana dua kalimat syahadah itulah “AQIDAH” kita sebagai seorang muslim.
Tentulah untuk memahami aqidah dengan baik dan benar
Perlu dilakukan proses pembelajaran secara lengkap
Melalui/menggunakan kaidah belajar yang sesuai kebiasan para ulama’ dalam memberikan pelajaran kepada ummat.
Dalam khazanah pendidikan agama Islam, pelajaran aqidah selalu disandingkan dengan pelajaran akhlaq
Mata pelajarannya disebut : AQIDAH – AKHLAQ
Dalil mempelajari Aqidah dan akhlaq antara lain kita dapati dalam surah Al Baqoroh ayat 186 :
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ ﴿186﴾
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (186)
Selanjutnya berdasarkan petunjuk rasulullah, bahwa kebaikan dan kebenaran aqidah seseorang bergantung pada akhlaqnya.
Hadits :
ان من احبكم و اقربكم مني مجلسا يوم القيا مة احاسنكم احلاقا
Sesungguhnya yang paling aku cintai dan paling dekat duduknya (denganku) diantara kaliyan pada hari kiamat adalah mereka yang paling baik ahlaknya.
Diantara metode pembelajaran aqidah ahlak dalam dunia pendidkan islam
Adalah melalui mempelajari Al-Asma’ul Husna dan Sifat 20.
Namun ada baiknya kita mulai dengan yang paling dasar
Yaitu mengetahui dengan baik dan benar
Apa yang dimaksud dengan kata dan makna AQIDAH, khususnya AQIDAH ISLAM.
3
AQIDAH dalam bahasa arab berasal dari akar kata “AQODA” yang artinya adalah:
“Mengikat erat/dengan kuat”
Dalam maknanya, AQIDAH adalah :
“Kepercayaan atau keyakinan kuat” yang ada pada hati sanubari seseorang.
AQIDAH ISLAM : Adalah keyakinan atau kepercayaan yang mantap dalam hati pada pokok-pokok ajaran Islam.
Keyakinan tersebut harus tetap dan mantap berada selamanya di dalam hati
Pengingkaran terhadap aqidah yang ada didalam qalbu/hati seseorang, dapat mengakibatkan ia keluar dari aqidahnya.
Keyakinan pada aqidah sangat di tekankan berada didalam hati/qalbu/sanubari.
Karena apabila terjadi seseorang dengan lisan dan perbuatannya tidak berpegang lagi pada aqidah.
Akan tetapi selama “hati” nya tetap berada/cenderung pada aqidah asalnya
Maka ia tidak dihukumi murtad atau keluar dari aqidah asalnya.
Maka sering dikatakan masalah aqidah itu adalah masalah hati, karena adanya di dalam hati.
Setelah kemantaban di dalam hati maka,
Barulah diucapkan dengan lisan, sebagai satu kesaksian atau yang biasa disebut “Syahadat”
Dalam kitab Shifat Duapuluh yang ditulis oleh : Al habib Utsman bin Abdullah bin Aqil al al alawiy.
Beliau adalah Mufty Betawi (Jakarta) di zaman penjajahan Belanda di awal abad 19.
Di tuliskan pendapat seorang ulama’ Hadramout yaitu : Al Habib Thahir bin Husain sebagai berikut. :
فاعلموا ايها الاخوان ان الاصل و الاساس هو معرفةالمبود قبل العبادة وذالك حقيقة معني الشهادة.
Ketahuilah wahai saudara asal dan pondasi melakukan ibadah sebelum ibadah itu sendiri hakikatnya adalah bersaksi (syahadat)
Itu sebabnya setiap non muslim yang akan masuk islam(muallaf)
Selalu diawali dengan mengucapkan dua kalimah Syahadat,
Karena itu adalah inti dari Aqidah islam yang sudah harus ada/bersemayam di dalam hati muallaf tersebut.
Setelah persaksian itulah maka hakikatnya telah terpikul dipundak seseorang untuk melaksanakan syari’at islam
Sebagaimana yang kita ketahui, pelajari dan ada pada rukun Iman dan rukun Islam
Demikianlah tahapan seseorang untuk mengenal Allah (ma’rifatullah)
Dan selanjutnya kita beralih dan awali dengan mengenal ASMA dan SHIFAT-SHIFAT tuhan kita yaitu Allah azza wa jall
Sesuai yang telah dijelaskan diawal makalah ini.
4.
Di daerah DKI, Jawa Barat dan sebagian Jawa Timur, NTB dan sebagian Kalimantan
Khususnya di Jakarta, sebagaimana yang kami alami di Madrasah Dininyah Awaliyah
Sekitar tahun 1960-an, di wilayah Tanah Abang Jakarta
Dalam mempelajari dasar-dasar ilmu Aqidah, Akhlak dan Syari’at
Banyak menggunakan kitab rujukan (kitab kuning), namun yang paling dasar
Secara berurutan untuk tingkat ibtida’iyyah dikaji kitab :
* Adabul Insan
* Sifat Duapuluh
* Maslakul Akhyar
Ketiganya adalah karya dari Al Habib Utsman bin Abdullah bin Aqil Al al alawiy.
Kitab-kitab tersebut ditulis dalam huruf arab gundul (Pegon)
Berbahasa Melayu tinggi (aslinya)
Dan ada juga yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Jawa, Sunda, Madura dan lain-lain,
Sesuai tempat/daerah dimana kitab tersebut dikaji.
Diawali dengan kitab adabul Insan karena sebelum seseorang mempelajari dan mengenal ilmu
Ia wajib mengetahui dan belajar adab-adab yang baik.
Tahu adab lebih dahulu baru belajar ilmu karena dalam islam ;
Adab diatas ilmu.
Selanjutnya kajian tentang Shifat 20
Shifat Allah sangatlah luas, sehingga
MUSTAHIL bagi manusia untuk memahami semua shifat Allah.
Oleh karenanya para ulama’ yang bijaksana yang mengikuti bimbingan rasulullah
Mencukupkan kewajiban mengetahui shifat Allah terbatas pada :
20 shifat-shifat nya yang WAJIB.
20 shifat-shifatnya yang MUSTAHIL.
Dan satu shifatnya yang JAIZ.
Demikian juga Asma Allah pada hakikatnya adalah tanpa batas
Dan para ulama’ yang bijaksana pun, mencukupkannya pada angka 99
Walaupun ada sebagian ulama’ yang menganggap asma Allah lebih dari 99
Namun ada juga yang tetap dalam pendiriannya
bahwa asma’ul husna itu jumlahnya memang 99.
5
Surah Al-A’raf : 180
وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَاۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَٰٓئِهِۦۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ﴿80﴾
Artinya :
Dan Allah memiliki Asma’ul-Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma’ul-Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan (80).
Dan masih banyak lagi ayat Al Qur’an yang memberi kejelasan tentang Asma’ul husna
Dan dengan Asma’ul Husna kita berupaya selalu mengingat Allah
Dengan menjadikannya sebagai dzikir lisan dan qalbu kita kepada Allah
Pemahaman atas sifat 20 dan Al Asma’ul husna akan menjadikan kita mengerti dan sadar
Pada masalah “KHALIQ – MAKHLUQ”
Siapa SANG PENCIPTA dan apa serta siapa CIPTAAN NYA.
Membawa diri kita pada keadaan “SADAR DIRI”
Bahwa kita hanyalah mahluk yang diciptakan oleh Arrahman, Arrahiim
Dan tidak mempunyai daya kekuatan apapun di hadapan sang pencipta yang Al Aziz – Al Qohhar
Kita adalah anak cucu ADAM yang mempunyai arti “KETIADAAN”
Diciptakan oleh sang pencipta yang maha “WUJUD” yang mempunyai arti “ADA PADA ADANYA”
Kita ini bersifat “YANG BARU” adanya karena diciptakan oleh yang bersifat “QIDAM” yang terdahulu.
Kita ini “FANA” karena akan kembali tiada dari ada karena berhadapan dengan yang “BAQA'” yang kekal selamanya tanpa akhir.
ALLAH juga bersifat maha berkehendak dan dimulai tanpa awal serta akan berlanjut tanpa akhir.
Demikian selanjutnya kalau kita pelajari Al Asma’ul husna dan Shifat 20
Dari Al qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas
Yang diajarkan oleh para ulama’ kita yang Faqqih.
Dalam kegiatan belajar mengajar pada Madrasah Diniyyah Awaliyah
Sesuai pula dengan tradisi belajar mengajar agama islam
Di Pondok Pesantren, langgar, Surau ataupun MADIN (Madrasah Diniyah) di Indonesia / Nusantara pada umumnya
Pelajaran aqidah akhlak tingkat dasar sebaiknya sudah menggunakan rujukan kitab
Yang diantaranya seperti 3 kitab tersebut terdahulu.
Sesuai pula dengan kebiasaan/cara mengajar nya rasulullah yang bertahap dan tidak tergesa-gesa
Maka pada pertemuan kali ini kiranya tidak cukup waktu
Untuk dapat menjelaskan sifat 20 dan Asma’ul husna secara rinci.
Maka izinkan kami mengusulkan
Sebaiknya di rencanakan sebuah program untuk mempelajari secara lengkap
Kitab tentang Al Asma’ul Husna dan kitab Shifat 20.
Dan kami dari pihak Pondok Pesantren menghimbau
Kiranya, sudah saatnya dimasjid-masjid, Musholla, langgar dll
Diadakan program kajian/ pemahaman islam dengan merujuk pada
Kitab-kitab warisan para ulama’ dimasa lalu.
Agar masyarakat khususnya para jama’ah masjid Al Ukhuwah
Dapat sama-sama belajar dengan menggunakan metode/kaidah seperti di Pesantren
Karena metode tersebut sudah terbukti efektif bagi pengembangan pemahaman ilmu agama islam.
Perlu ada pengkaderan pengajar agama untuk jama’ah.
Dengan tetap berpegang pada ilmunya para ulama’ terdahulu.
Dapat dipilih satu atau dua orang jamaah
Perwakilan dari masing-masing kelompok (laki-laki, perempuan, remaja)
Untuk datang dan belajar di pondok tentang berbagai kajian kitab
Bisa dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana/tipis dulu
Dimulai dengan bersama-sama belajar mengajar di pondok (Ta’lim wal Muta’alim)
Agar kemudian orang yang terpilih dapat mengajarkan ilmunya lagi kepada jama’ah lainnya
PPDAI dalam hal ini siap untuk membantu.
Menurut kami cara ini menjadi sangat penting
Karena beredarnya informasi tentang agama yang tidak akurat
Saat ini sangat banyak dan luas peredarannya melalui media massa
Sehingga dapat menimbulkan SUBHAT (keragu-raguan)
Dalam pelaksanaan amaliyah dan ibadah masyarakat atau jamaah masjid kita.
Mohon ma’af bila ada kesalahan dan kekurangan
Semoga manfaat dan mendapat ridla Allah ta’ala. Aamiin.
Wallahu alam bishawab
Pondok pesantren Daarul Amni Indonesia – Tempel.