“TELADAN RASULULLAH SAW”
بسم الله الرحمن الرحيم
1
(Dalam menyikapi keberagaman didalam masyarakat)
Dalam melaksanakan perintah Allah SWT, untuk mengemban risalah (missi) kenabiannya
Pada lingkungan masyarakat yang beragam
Rasulullah Muhammad SAW
Sebagaimana tertera didalam kitab suci Al Qur’an, surah Al Anbiya’ ayat 107 :
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
Artinya : Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi Rahmat bagi seluruh alam.
Sesuai pula dengan sabda Rasulullah, bahwa beliau dibimbing dan di didik secara langsung oleh Allah SWT
Terutama untuk memiliki sifat-sifat kenabian, yaitu :
* Shiddiq (jujur)
* Amanah (Terpercaya)
* Tabligh (Menyampaikan)
* Fathonah (Cerdas)
Maka banyak peristiwa sejarah dalam Sirah Nabawiyyah yang dicatat oleh para ulama’ riwayat antara lain :
* Ibn Hisyam
* Al Mubarakfurry
* Ibn Ishaq
Teladan rasulullah
dalam menjalin hubungan dengan berbagai kalangan masyarakat
Yang berbeda, suku, bangsa dan keyakinan-agama nya.
2
Didalam menjalankan missi kenabiannya
Rasulullah SAW, sebagai pemimpin ummat atas rahmat dan bimbingan Allah SWT,
Beliau sangat memahami cara yang terbaik untuk mengambil hati ummat yang dipimpinnya
Bahkan pada ummat lain yang berbeda keyakinan yang ada disekitar kaum muslimin
Beliau juga selalu bersikap adil dan lemah lembut,
Hal itu dilakukannya agar orang lain selalu hormat dan segan kepada beliau
Dan itu sebagai langkah untuk menjaga dan menjamin keamanan kaum muslimin dari gangguan dan ummat lain
Serta menjaga dan melindungi kepentingan kaum muslimin agar kesejahteraan kaum muslimin juga tidak diganggu ummat lain
Sikap lemah lembut rasulullah tersebut dapat kita fahami bahwa itu sekali lagi : adalah Rahmat dan bimbingan Allah SWT
Serta merupakan pemahaman beliau terhadap ayat Al qur’an dalam surah Ali Imran ayat 159.
Tentang sikap lemah lembut
Dan sesuai pula dengan makna surah Al Hujurat ayat 13 yang menegaskan
Bahwa Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan seorang perempuan (Adam & Hawa)
Dan menjadikan manusia yang berbeda – beda suku bangsa bahasa bahkan warna kulitnya.
Maka beliau memberi tauladan kepada manusia
Khususnya ummat Islam untuk selalu menghargai setiap perbedaan
Bukan hanya perbedaan alam dan manusia yang diciptakan beragam dan berbeda
Tetapi juga menghargai pemikiran, pendapat dan keyakinan manusia yang beragam.
Hal tersebut diatas terjadi terutama saat beliau telah hijrah ke Madinah dengan keberagaman penduduknya.
Agar lebih jelasnya sebagai rujukan, kami salinkan Surah Ali Imran ayat 159 dan Surah Al Hujurat ayat 13.
Dibawah ini :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya :
Karena sebab Rahmat Allah lah engkau dapat bersikap lemah lembut dan lunak kepada mereka.
Seandainya engkau itu adalah orang yang kaku, keras dan berhati kasar,
Tentu mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Ayat ini secara lengkap diakhiri dengan perintah untuk :
Memaafkan
Memohonkan ampunan
Bermusyawarah, serta
Apabila telah dilakukan upaya tersebut maka diakhiri dengan perintah ber TAWAKKAL
Karena Allah menyukai orang yang tawakkal.
Surah Al Hujurat ayat 13
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya :
Wahai manusia sesungguhnya kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang paling mulia diantara kamu, ialah yang paling bertaqwa
sesungguhnya Allah maha mengetahui dan maha mengenal.
Dengan demikian kita memahami apa yang kita baca dalam banyak kitab Sirah Nabawiyyah
Tentang sikap rasulullah yang lemah lembut, memberi maaf, memohonkan ampunan serta bermusyawarah,
Tujuan utama rasulullah adalah memberi perlindungan dan menjaga keamanan serta kesejahteraan ummat nya yaitu kaum Muslimin di Madinah.
Sebagai langkah nyatanya beliau banyak membuat perjanjian dan berkirim surat kepada banyak kaum dan raja di berbagai wilayah
Baik wilayah kaum muslimin maupun non muslim
Terutama kaum Nasrani dan Yahudi serta suku-suku padang pasir (Badwi) di seputar negeri Madinah Al Munawwarah
Walaupun demikian beliau juga tetap bisa bersikap tegas bahkan juga bisa berbuat keras
Terutama kepada mereka yang menghianati perjanjian, munafik dan fasik.
Sebuah perjanjian yang sangat Masyhur di zaman Rasulullah
Adalah perjanjian segenap penduduk Madinah
Yang mempunyai keragaman masyarakatnya sangat luas
Perjanjian tersebut terkenal dengan sebutan : Shahifatul Madinah atau Piagam Madinah
Shahifatul Madinah adalah
Sebuah perjanjian kerjasama yang mengikat dan menyatukan
Semua unsur suku, bangsa dan agama penduduk Madinah
Dalam menjaga keamanan, ketenteraman dan kesejahteraan negara/kota dan penduduk Madinah
Perjanjian tersebut dipatuhi dengan berbagai dinamikanya
Sampai wafatnya rasulullah hingga ke zaman para sahabat, khalifah yang empat, yaitu :
* Sayyidina Abu Bakr ra
* Sayyidina Umar bin Khotthob ra
* Sayyidina Utsman bin Affan ra
* Sayyidina Ali bin Abi Tholib ra.
Berikutnya tercatat sedikitnya ada 3 perjanjian Rasulullah SAW dengan kaum Nasrani Madinah, yaitu :
- Perjanjian dengan kaum Kristen Bani Najran .
Pada perjanjian ini Rasulullah bertujuan untuk :
Menanamkan asas/pondasi : Perdamaian, Moderasi dan Toleransi
(Sirah Ibnu Ishak)
- Perjanjian dengan kaum Kristen Jarba dan Adzruh.
Tujuannya : Untuk menciptakan ketenteraman dan perdamaian di sekitar wilayah kaum Muslimin
Dengan memberikan jaminan perlindungan dan keamanan kepada kabilah – kabilah di padang pasir sekitar Madinah
Sebagai Imbalan mereka membayar “Jizyah” (pajak perlindungan & keamanan) sebesar 100 dinar pertahun yang dibayarkan setiap bulan Rajab.
- Perjanjian dengan kaum Kristen Ailah
Mereka bermukim di tepi laut merah dan kebanyakan berprofesi sebagai Pedagang dan Nelayan
Isi perjanjian : Mereka mendapat perlindungan dari Allah dan RasulNya
Untuk jaminn persediaan air dan keamanan dari perahu dan kendaraan mereka
Serta pernyataan kaum muslimin akan memerangi siapa saja yang mengganggu penduduk Ailah.
Perjanjian inipun diadakan untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan wilayah kaum muslimin.
[Seorang Ulama’ Ahlussunnah wal Jamaa’ah
Muhammad Said Ramadhan Al buthy,
Beliau lahir di Turky dan syahid di Suriah/Syria akibat kekacauan radikal dan teror di Suriah.
Syuhada ini menulis dalam kitabnya :
” Fiqh al sirah An nabawiyyah”
Kisah persahabatan antara Rasulullah SAW dengan seorang raja yang adil dan bijaksana, yaitu
Raja Negus yang beragama kristen dan penguasa qoryah Abysina
Abysina termasuk dalam wilayah kekuasaan raja Negus
Kini menjadi wilayah negara Ethyopia
Persahabatan Rasulullah tersebut dengan raja Negus
Hakikatnya adalah dalam rangka membangun “Relasi Damai”
Sebelum rasulullah hijrah ke Madinah, telah terjadi peristiwa hijrah pertama ke Ethyopia oleh rombongan kaum muslimin sebanyak 12 orang
Diantaranya putri rasulullah Sayyidah Ruqoyyah beserta suaminya, Sayyidina Utsman bin Affan.
Dan demi keamanan kaum Muslimin yang hijrah tersebut,
Rasulullah berkirim surat kepada raja Negus yang isinya,
Selain mengajak raja Negus untuk masuk agama islam
Sebagai pemimpin kaum muslimin di Makkah beliau juga meminta,
Suaka politik bagi rombongan kaum Muslimin yang hijrah ke Abysina.
Walaupun raja Negus tidak berkenan masuk agama islam.
Sebagai wujud adil bijaksananya beliau menerima dengan segala penghormatan dan pelayanan
Rombongan dari sahabatnya Nabi Muhammad SAW.
Kisahnya dikemudian hari rombongan ini kembali ke Makkah
Dan terjadi hijrah ke dua ke Ethyopia yang kemudiannya tidak kembali lagi ke Makkah
Dan rombongan ke dua tersebut menjadi cikal bakal berkembangnya agama Islam di Benua hitam Afrika.
Kisah selanjutnya dari hijrahnya kaum muslimin dari Makkah ke Ethyopia
Serta keberhasilan Rasulullah menjalin persahabatan dengan seorang pemimpin wilayah yang beragama kristen
Membuktikan bahwa kehalusan hati dan budi pekerti atau akhlak nya Rasulullah itu
Dapat membuka jalan bagi dakwah islam di Afrika,
Bahkan ketika para kafir Quraisy Makkah mengirim utusan ke Ethyopia,
Meminta agar penguasa Ethyopia men deportasi kaum muslimin Makkah,
Rajanya menolak dengan tegas dan menyatakan perlindungannya bagi immigran muslim dari Makkah tersebut.
Hasilnya saat ini 1500 tahun berselang, Islam menjadi agama terbesar kedua di Ethyopia
Dengan jumlah penganutnya sebesar +/- 35% dari seluruh warga negara Ethyopia
Walau kadang sampai saat ini masih sering terjadi perselisihan disana
Tapi kenyataanya Islam tetap wujud di Ethyopia sampai saat ini pula.
Sirah/Riwayat nabi Muhammad dengan keluhuran ahlak dan sifat cinta damainya
Sering dan banyak disampaikan oleh para ulama’ baik yang beraliran Sunni (Ahlussunnah wal jama’ah)
Maupun yang beraliran Syi’i (Syi’ah)
Namun saat ini, sering kali ada pihak atau kelompok yang lebih banyak dan gemar
Menampakkan sisi tegas dan kerasnya Rasulullah SAW.
Padahal sesuai dengan riwayat/sejarahnya
Kondisi tegas dan kerasnya Rasulullah
Hanya tampak ketika ada pihak yang menghianati perjanjian ataupun menyerang wilayah atau agama Islam.
Kalau saja kita, kaum muslimin mau mempelajari riwayat rasulullah
Secara mendalam, baik dan benar
Maka pasti akan tampak kehalusan perasaan dan baiknya ahlak rasulullah itu
lebih besar dari sikap tegas dan kerasnya.
Di negara kita Indonesia, ada orang ataupun kelompok yang gemar mensyi’arkan
Sisi tegas dan kerasnya Rasulullah, tanpa merujuk dengan teliti pada sirah nabawiyyah
Kelompok atau orang itu umumnya mempunyai pandangan “Politik”
Yang mengarah pada terbentuknya ideologi negara yang berbeda
Dengan ideologi negara yang sudah ada sejak negara kita berdiri.
Kepada para ulama’ Indonesia yang sering meluruskan pandangan mereka
Berdasarkan berbagai kaidah penafsiran ataupun ketentuan yang sesuai Al Qur’an dan Hadits
Malah seringkali mereka anggap salah dan di hakimi sebagai ulama’ sesat
Ulama’ sekaliber almarhum KH.Hasyim Muzadi, Habib Quraisy Shihab, KH. Said Aqil Siroj, Habib Luthfi bin Yahya dan lain-lain
Seringkali mereka anggap sebagai ulama’ suu’ (buruk)
Tanpa mau mengikuti secara “langsung” aktifitas belajar mengajar yang diberikan oleh para ulama’ tersebut diatas.
Seringkali pula karena kurangnya pemahaman terjadi kerancuan dalam memahami aliran para ulama’
Ulama’ Sunni sering kali terfitnah sebagai ulama’ Syi’ah
Sementara ulama’ Syi’ah dipuji-puji sebagai ulama’ Sunni
Hal ini perlu dimaklumi sebatas bahwa banyak orang yang belum paham
tetapi merasa sudah paham
Negara kita memang terbukti sebagai negara dengan populasi muslim terbesar dunia
Namun pemahaman agama islam masyarakatnya belum seimbang dengan jumlah populasi muslimnya.
Kalau diperhatikan banyak masyarakat muslim kita
Yang mendapat ilmu pengetahuan keislamannya secara “Instant”
Dan lebih terpengaruh pada dakwah yang beredar di media sosial, televisi dan sebangsanya
Bahkan banyak pula yang terlanjur ikut pada kelompok orang/figur/individu yang dianggap ulama’
Namun figur tersebut kurang atau bahkan tidak mempunyai kecukupan dalam ilmu agama
Masalahnya adalah dakwah melalui Sosmed memang ada baiknya
Namun cukup besar mengandung bahaya pada pemahamannya
Karena tidak ada kontrol langsung dari yang mengajar(ta’lim) kepada yang diajar(muta’alim)
Sehingga memungkinkan apa yang ditangkap saat mendengar dan melihat materinya melalui sosial media
Akan diolah dan dicerna sendiri oleh yang bersangkutan
Dan hilangnya kesempatan diskusi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam dan lebih tepat.
Itulah alasan mengapa belajar Al Qur’an, Hadits, Fiqh, Sirah dan lain-lain masalah agama
Harus dengan ber “Talaqqi”
Atau mempunyai guru/ustadz/Kiai yang dalam kegiatan belajar mengajarnya
Dapat ber “Muwajjahah”
Wallahu alam bi shawwab.
HMKWS – PPDAI TEMPEL KP-DIY 1444H.
***