Amatillah Maryam (wafat 758 H) merupakan ahli hadits sekaligus ahli fiqih mazhab Hanbali.
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani menjelaskan, ia adalah syaikhah (ulama yang sangat alim) dan musnidah (orang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya).
Nama lengkapnya Amatillah Maryam binti Abdurrahman bin Ahmad bin Abdurrahman bin Abdul Mun’im bin Ni’mah bin Sulthan bin Surur bin Rafi’ bin Hassan bin Ja’far An-Nabulsiyah. Ia lahir sekitar tahun 691 atau 692 H. (Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, Ad-Durarul Kāminah fī A’yānil Mi’ah At-Tsāminah, [Hyderabad, Dairatul Ma’arif Al-‘Utsmaniyah: 1993], juz IV, halaman 345-346).
Pendidikan Menurut catatan Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, Maryam binti Abdurrahman berlajar langsung kepada ulama besar, as-syaikh al-musnid, Imam Abul Fadhl Ahmad bin Hibbatullah bin ‘Asakir. (Al-‘Asqalani, Ad-Durarul Kāminah, juz IV, halaman 345-346).
Ia juga mengambil banyak riwayat hadits dari ulama-ulama Damaskus dan Nabulsi lainnya, serta mengajarkan atau menyampaikannya kepada murid-muridnya. Syeikhah Maryam binti Abdurrahman merupakan istri dari Abdul Qadir bin Utsman Al-Ja’fari An-Nabulsi. Keluarga Ia adalah ibu dari Syamsuddin Muhammad bin ‘Abdul Qadir bin ‘Utsman bin Abdurrahman bin Abdul Mun’im bin Ni’mah bin Sulthan Al-Ja’fari An-Nabulsi, ulama besar yang menjadi pimpinan qadhi di Al-Quds dan Ramallah, Palestina. (Amatillah Maryam bintu Abdurrahman Al-Hanbaliah, Musnad Amatillah Maryam binti Abdurrahman al-Hanbaliyyah: Juz’un min 24 Riwāyatan, [Riyadh, Maktabah As-Sa’i], ed.: Majdi al-Sayyid Ibrahim, halaman 8).
Nasab Maryam binti Abdurrahman dan suaminya, Abdul Qadir bin Utsman bertemu pada Abdurrahman bin Abdul Mun’im Al-Ja’fari An-Nabulsi. Artinya, mereka berdua masih kerabat dekat.
Anak mereka, Syamsuddin Muhammad (wafat 797 H) merupakan salah satu ulama besar dari Mazhab Hanbali, murid Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dan menulis banyak kitab. Beberapa di antaranya adalah Mukhtashar Thabaqāul Hanābilah, Mukhtashar Kitābul ‘Uzlah li Abī Sulaiman Al-Khithābī, Qith’ah fī Tafsīril Qur’ān dan lain sebagainya. (Umar Ridha Kahalah, Kitāb Mu’jamil Muallifīn, [Beirut: Dar Ihya At-Turats Al-‘Arabi], juz X, halaman 181-182).
Kealiman Syamsuddin Muhammad An-Nabulsi tidak lepas dari peran Syeikhah Maryam. Ia merupakan madrasah pertama baginya, dan meriwayatkan semua hadits yang dimilikinya kepada anaknya.
Karya Syeikhah Maryam bukan ahli hadits biasa, ia menulis kitab hadits, Musnad Amatillah Maryam binti Abdirrahman Al-Hanbaliyah. Saat ini, baru satu bagian yang ditemukan dan dicetak, yaitu Juz’un min 24 Riwāyatan.
Menurut pentahqiqnya, Majdi As-Sayyid Ibrahim, naskah Musnad Amatillah Maryam didapatkan dari Darul Kutub Al-Misriyah Al-‘Amirah, tapi tidak atau belum ditemukan bagian lain selain juz ini. Ia sudah berusaha mencari juz-juz lainnya, tapi belum berhasil menemukannya.
Naskah ini (makhtūth) berdasarkan riwayat Abu Abdillah Muhammad bin Ghali Ad-Dimyathi (wafat 741 H) yang didapatkan dari Syeikhah Maryam.
Syamsuddin As-Sinbathi (wafat 870 H) juga mendengar secara langsung darinya dan menyampaikannya atau mengijazahkan hadits-hadits yang didapat dari Syeikhah Maryam di Madrasah As-Shalihiyyah di Kairo. (Amatillah Al-Hanbaliyah, Musnad Amatillah Maryam, halaman 8). Sangat dimungkinkan bahwa Musnad Amatillah Maryam memiliki jumlah riwayat yang lebih banyak, tidak hanya satu bagian dari 24 riwayat tersebut. Hanya saja menurut pentahqiqnya, belum ditemukan naskahnya. Karena masih banyak naskah kitab-kitab klasik yang belum tersentuh atau tertahqiq, masih berbentuk makhtūthāt (naskah tulis tangan).
Jika dilihat dari orang-orang yang belajar darinya, seperti Imam Abu Abdillah Ad-Dimyathi dan Imam Syamsuddin As-Sinbathi, serta ulama-ulama lainnya, hal itu menunjukkan keilmuan dan kealiman Syeikhah Maryam.
Ia bisa membuat banyak muhaddits berkumpul untuk mendengar atau meriwayatkan hadits darinya. Menurut pelacakan pentahqiq kitab Musnad Amatillah Maryam, Majdi al-Sayyid Ibrahim, Syeikhah Maryam memiliki kitab Mu’jam (kamus atau ensiklopedia) yang ditakhrij oleh Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani.
Kitab Mu’jam tersebut masih berupa makhtūth. Ia mengatakan:
لَهَا معجم, خرّجه لها الشهاب ابن حجر العسقلاني, وهو مخطوط يسّر الله لنا تحقيقه
Artinya: “Syeikhah Maryam memiliki kitab Mu’jam yang ditakhrij oleh As-Syihab Ibnu Hajar Al-‘Asqalani. Kitab Mu’jam tersebut masih berupa makhtūth. Semoga Allah memudahkan kami mentahqiqnya.” (Amatillah Maryam, Musnad Amatillah Maryam, halaman 8).
Dalam Al-A’lam: Qamūs Tarājim, kitab Mu’jam yang dimaksud berjudul Mu’jamus Syaikhah Maryam. Hal ini tercatat di Fihrisul Makhtūthāt Al-Mushawwarah, semacam indeks yang berisi naskah-naskah yang belum tertahqiq. (Khairuddin Az-Zirkili, Al-‘Alām: Qamūs Tarājim li Asyharir Rijāl wan Nisā’ minal ‘Arab wal Musta’ribīna wal Mustasyriqīn, [Beirut, Darul ‘Ilmi lil Malayin: 2002], juz VII, halaman 210).
Riwayat Hadits Beberapa hadits yang terdapat di Musnad Amatillah Maryam binti Abdurrahman di antaranya adalah:
أَثقَلُ شَيْءٍ فِي الْمِيْزَان الخُلُقُ الْحَسَن
Artinya: “Timbangan paling berat di atas mizan adalah akhlak yang baik.” (Amatillah Al-Hanbaliyah, Musnad Amatillah Maryam, halaman 28-29).
لَا تَقْرَأُ الْحَائِضُ وَلَا الْجُنُبُ شَيئًا مِنَ الْقُرْآن
Artinya: “Janganlah (wanita yang) haid dan (orang yang) junub membaca sesuatu dari Al-Qur’an.” (Amatillah Maryam, Musnad Amatillah Maryam, halaman 51-52). Tahun Wafat Syeikhah Amatillah Maryam wafat di Nabulsi pada bulan Muharram tahun 758 H.
Ia merupakan ahli hadits perempuan (muhadditsah) yang sampai pada taraf musnidah, yang memiliki banyak murid laki-laki, dan murid-muridnya inilah yang melanjutkan warisannya. Banyak di antara mereka menjadi ulama besar. Semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam bish shawwab.
Penulis: Ustadz Muhammad Afiq Zahara, alumni Pondok Pesantren Darussa’adah, Bulus, Kritig, Petanahan, Kebumen.